This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 24 Januari 2017

Perut mencerna makanan


BAGAIMANAKAH PERUT MENCERNA
MAKANAN?

Sekarang mari kita teliti lebih terperinci proses pencernaan tersebut. Renungkan tentang bernafas, berenang, mengendarai sepeda, makan... Semua ini adalah kegiatan keseharian kita, tetapi seringkali tidak kita pikirkan bagaimana semua itu terjadi. Tubuh kita memerlukan energi. Kita telah membahas bahwa kita memerlukn energi dari makanan yang kita makan. Tetapi zat makanan yang diperlukan oleh tubuh haruslah sederhana dan dalam bentuk kecil (partikel), yang cukup kecil untuk melalui pembuluh darah. Jika tidak demikian, zat-zat tersebut tidak akan bisa menembus sel-sel. Padahal, makanan yang kita makan bentuknya besar. Itulah sebabnya kita memerlukan sebuah mesin yang bisa membuat tubuh dapat menggunakan makanan yang kita makan. Kita bisa secara sederhana menyebutnya sebuah penumbuk, yang pada dasarnya bisa mengurangi ukuran makanan yang kita makan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Mesin penumbuk ini dalam tubuh kita disebut dengan ”sistem pencernaan”.
Sistem ini, seperti halnya seluruh sistem mesin, terdiri atas berbagai komponen, dan berkat kerja sempurna setiap bagian (komponen)nya, kita bisa mencerna makanan. Sangat penting artinya bahwa komponen sistem pencernaan ini saling selaras dan sempurna, karena seluruh sistem akan gagal jika tidak demikian.
Sekarang mari kita ambil sebuah contoh untuk menggambarkan mengapa seluruh komponen sebuah sistem harus lengkap agar sistem itu bekerja dengan baik.
Sebuah mobil-mobilan yang dikendalikan dengan remote control terdiri atas roda, alat pengendali, motor, aki, gigi persneling, kabel, antena, dll. Demikian pula halnya, sistem pencernaan terdiri atas berbagai komponen, yakni gigi, lidah, kerongkongan, lambung, dan usus.
Sekarang pikirkanlah. Apakah mobil-mobilan yang dikendalikan remote control akan berjalan jika tidak ada antena atau roda? Tentu saja tidak. Mobil itu hanya bisa berjalan jika seluruh bagian ada. Hal yang sama berlaku pula untuk sistem pencernaan. Adanya lambung tidak akan ada artinya kecuali jika ada kerongkongan, karena yang membawa makanan ke lambung adalah kerongkongan. Demikian pula, usus tidak mungkin berguna jika tidak ada lambung, karena makanan yang dicerna dalam lambung diteruskan ke usus, tempat makanan itu menjadi bentuk kecil yang akan diteruskan ke sel-sel tubuh.
Ini menunjukkan pada kita bahwa Tuhan kita, Pencipta segalanya, telah menciptakan bagi kita sebuah sistem yang sempurna dalam segala hal. Ini menunjukkan sekali lagi bahwa tidak ada tuhan selain Allah.

Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah  Allah. Tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. (QS Thaha: 98)



MESIN PENCERNA MULAI BEKERJA...

Pencernaan makanan dimulai dalam mulut. Karbohidrat dalam makanan yang kalian makan pertama-tama dilumatkan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil oleh air liur di dalam mulut kalian. Contohnya, mula-mula roti yang dimakan saat sarapan mulai dilumatkan di dalam mulut. Namun akan diperlukan waktu yang lebih lama untuk keju yang dimakan bersama roti agar bisa dilumatkan.
Makanan yang dilumatkan di dalam mulut melalui kerongkongan dan mencapai lambung. Di dalam lambung terdapat bentuk keseimbangan menakjubkan yang lain. Pencernaan makanan dalam lambung dilakukan oleh cairan yang sangat kuat. Cairan ini adalah asam hidroklorat. Seperti kalian ketahui, asam adalah zat yang membuat kulit terkelupas. Asam mampu melelehkan apa pun yang bersentuhan dengannya. Misalnya, untuk membersihkan lobang keran yang mampet ibu menggunakan cairan yang mengandung asam. Dengan  membersihkan kotoran dan zat-zat sampah yang menghambat pipa, asam ini menghilangkan kemampetan. Berkat asam kuat yang ada dalam lambung, makanan yang berbentuk serpihan besar ketika memasuki lambung, dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang bisa digunakan oleh tubuh. Namun ada satu hal lain yang perlu dicatat.
Kita telah membahas bahwa makanan yang dimakan dihancurkan menjadi bagian-bagian kecil oleh lambung atau asam lambung. Lalu, mengapa asam ini tidak menghancurkan lambung itu sendiri, yang juga terbuat dari daging? Sekarang pikirkanlah. Asam lambung mencerna daging, misalnya yang kalian telan saat makan malam, tetapi justru tidak mencerna lambung, yang juga adalah sepotong daging. Mengapa demikian? Di sinilah, keunggulan penciptaan Tuhan terungkap kembali. Allah, Yang telah menciptakan segalanya dengan sempurna merancang perlindungan sehingga lambung itu sendiri tidak tercerna.
Perlindungan tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut. Cairan lain, yaitu “mukus” dikeluarkan selama pencernaan untuk mencegah asam hidroklorat melumatkan lambung. Lapisan mukus khusus ini menutupi permukaan dalam lambung dan melindungi lambung dari kerusakan karena asam kuat ini. Hasilnya, lambung tidak mencerna dirinya sendiri.
Tempat berikutnya dalam perjalanan pencernaan adalah usus. Makanan dilumatkan menjadi pertikel-pertikel yang lebih kecil lagi dan menjadi siap digunakan oleh tubuh setelah melalui dua usus, yaitu usus halus dan usus besar. Makanan yang bermanfaat disalurkan ke dalam aliran darah sedang sisa-sisa yang tidak diperlukan dikeluarkan dari tubuh oleh sistem pembuangan. Tahap makanan yang dimakan melalui usus juga sangat penting. Pencernaan berlanjut di dalam usus seperti halnya di dalam lambung. Makanan dilumatkan menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Makanan itu sekarang begitu kecil sehingga bisa diserap oleh pembuluh darah di sekitar usus dan dimasukkan ke dalam aliran darah untuk dibawa ke setiap bagian tubuh.
Anak-anak, kalian harus tahu bahwa sistem pencernaan direncanakan dengan lengkap dan sempurna. Selama perjalanan ini, yang dimulai di mulut,  diteruskan ke kerongkongan, lambung, dan usus, makanan yang kita makan melalui beberapa tahap. Dan akhirnya makanan yang diperlukan oleh sel tubuh kita pun diperoleh. Makanan ini diserap dalam usus dan diantarkan ke tubuh melalui aliran darah. Pencernaan makanan akan sangat sulit jika mekanisme ini tidak bekerja dengan begitu sempurna. Pertama-tama, jika gigi kita tidak cukup, kalian tidak akan mampu mengunyah makanan dengan baik dan makanan tidak akan bisa melalui kerongkongan. Meskipun bisa lewat, kerongkongan akan terluka parah karenanya. Jika lambung kalian tidak mampu mencerna makanan, segala yang kita makan akan tetap menjadi tumpukan makanan yang melimpah di dalam lambung, yang akan sangat mengganggu. Di samping itu, karena tidak mampu mencerna makanan, tubuh kalian tidak akan mendapatkan zat makanan yang diperlukannya. Tubuh yang tidak mendapatkan zat makanan akan kehilangan kekuatannya setelah beberapa waktu, dan sel-sel tubuh akan mulai mati. Tetapi kalian tidak mengalami hal itu, karena Tuhan kita telah menciptakan setiap bagian tubuh kita dengan sempurna. Sistem yang hebat ini bekerja tanpa cela, dan kita bahkan sangat tidak menyadarinya. Kehebatan penciptaan ini disebutkan dalam ayat berikut ini:

Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS Al-Hasyr: 24)

Senin, 23 Januari 2017

Karakteristik Guru Profesional


“KARAKTERISTIK GURU PROFESIONAL”
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ETIKA DAN PROFESI KEGURUAN”


Disusun oleh:
Abdur Rahman
Ahmad Nurman
Hamim Tohari
Muhammad Junaidi

Dosen pengampu:
Drs. H. Miftahul Huda, M.Ag

PRODI PAI SEMESTER VI A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-AZHAR MENGANTI
TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga dan sahabatnya. Berkat kudrat dan iradat-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah Etika dan Profesi Keguruan
            Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat saya harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb



Gresik, 25 Februari 2016

Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................  ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................  iii

 

 BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Tujuan dari didapatkannya ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Sehingga ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat bagi orang lain sebagai bentuk amal jariyyah bagi kehidupan di akhirat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu yaitu seorang murid harus benar-benar memiliki hati yang suci, jangan mengharapkan hal-hal duniawi apalagi menyepelekan suatu ilmu. Serta bagi seorang guru, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu meluruskan niatnya dalam mengajar, tidak mengharapkan imbalan dan materi, serta yang diajarkan harus sesuai dengan perbuatannya.
Belajar adalah suatu proses ibadah untuk mendapatkan ridho Allah swt untuk mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan hanya menghilangkan kebodohan tetapi juga dengan niatan yang suci untuk melestarikan nilai-nilai keislaman.
Disinilah kami akan mencoba mengupas tentang siapa sih guru itu dan seperti apa guru yang profesional itu.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian guru?
2.    Bagaimana karakteristik guru profesional?
3.    Bagaimana kriteria guru yang profesional?
C.      Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian Guru, karakteristik guru profesional, kriteria guru yang profesional.





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Guru
Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah dari sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah atas, dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren, dan lain sebagainya.
Namun guru bukan hanya menerima amanat dari orangtua untuk mendidik,melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanahkan orangtua untuk dapat mendidik anaknya disekolah.
Sebagai pemegang amanat, guru bertanggungjawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah SWT menjelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Menurut Hadari Nawawi, mengatakan bahwa “guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara khusus Hadari Nawawi mengatakan bahwa guru adalah orang yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru bukanlah orang yang sekedar berdiri di depan kelas menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.”


B.       Karakteristik Guru Profesional
KH Hasyim Asy’ari di dalam kitabnya Adabul Alim wal Muta’alim menjelaskan bahwa seorang pendidik atau guru harus mempunyai rasa taqarrub yaitu mendekatkan diri kepada Allah sebelum berangkat menuju majelis ilmu atau sekolah, membersihkan diri dari hadas besar dan kecil, serta memakai pakaian yang rapi. Sebelum berangkat berdoa terlebih dahulu, berdzikir di sepanjang perjalanan hingga sampai di tempat majelis.
Menjaga diri dan sikap, menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi kewibawaan, serta menggunakan bahasa yang baik lagi santun. Sebaiknya guru juga tidak melanjutkan pelajaran ketika anak didik lapar atau haus dan keadaan dingin atau panas yang berlebih. Karena dapat mempengaruhi psikologis anak didik. Sesampainya di majelis, sebaiknya memberi salam kepada anak didik dan belajar menghadap kiblat jika memungkinkan.
Mengawali pembelajaran dengan membaca Al Qur’an, berdoa untuk kebaikan kaum muslimin, anak didiknya, serta dirinya. Dilanjutkan dengan ta’awudz, basmallah, sholawat atas Rasulullah saw serta pengikutnya. Jika terdapat banyak pelajaran yang harus disampaikan, maka utamakan pelajaran yang paling penting dan mulia misalnya tafsir, hadith, ushulfiqh, dan diakhiri dengan kitab rakai’iq (kelembutan hati). Sebaiknya, merendahkan dan mengeraskan suara sesuai kebutuhan. Jika ditanya mengenai suatu ilmu yang belum diketahui , maka jawab tidak tahu. Karena hal tersebut merupakan bagian dari ilmu, serta mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan “Wallahu a’lam” sebagai bentuk dzikir dan menyatakan bahwa hanya Allah swt yang mengetahui segala sesuatu.
Dan beberapa karakter yang berkenaan terhadap peserta didik / murid;
1.    Memberikan pengajaran dan pendidikan kepada murid dengan mempunyai niat dan tujuan yang luhur, yakni demi mencapai ridho Allah SWT.
2.    Mencintai anak didiknya sebagaimana mencintai dirinya sendiri
3.    Mendidik dan mengajari mereka dengan cara yang mudah dipahami sesuai dengan kemampuan mereka
4.    Bersungguh-sungguh dalam memberikan pengajaran dan pemahaman kepada anak didik
5.    Meminta anak didik untuk mengulang materi pelajaran dengan memberi latihan, ujian, hafalan
6.    Memaklumi keadaan anak didik yang memilki keterbatasan
7.    Tidak subyektif terhadap salah satu murid, karena akan menimbulkan kecemburuan sosial
8.    Memberikan kasih sayang dan perhatian dengan cara mengenal kepribadian dan latar belakang anak didik
9.    Membiasakan diri dengan memberi contoh cara bergaul yang baik kepada anak didik
10.  Jika memungkinkan, sebaiknya turut membantu dan meringankan kesusahan anak didik dalam hal materi, dan sebagainya
11.  Jika diantaranya terdapat ada yang tidak hadir dalam pembelajaran, maka sebaiknya seorang guru menanyakan hal ini kepada anak didik yang lain
12.  Tetap bersikap tawadhu’ atau rendah hati terhadap anak didik dan Memberi perlakuan yang baik terhadap anak didik.
C.      Kriteria Guru Profesional
1.         Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
2.    Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia
3.         Memiliki kualitifikasi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
4.         Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5.         Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas profesional
6.    Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7.    Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8.    Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesional
9.    Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari keterangan yang panjang lebar di atas dapat kami simpulkan, bahwasanya guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak untuk menjadi dewasa. Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini, Abd. Al Rahman an Nahlawi menyebutkan tugas pendidik meliputi : pertama, tugas menyucikan yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara dan pengembang fitrah manusia. Kedua, tugas pengajaran yakni mentransformasikan pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama kepada manusia.
Sedangkan karakteristik dan kriteria guru profesional itu faham agama, mumpuni dalam bidang ilmu yang diajarkan, berkompeten, kreatif, komitmen, dan memahami peserta didik. Serta memiliki komitmen terhadap mutu perencanaan, proses dan hasil yang dicapai dalam pendidikan, memiliki akhlak al karimah yang dapat dijadikan panutan bagi peserta didik, memiliki niat ikhlas karena Allah dalam mendidik, dan memiliki human relation dengan berbagai pihak yang terkait dalam meningkatkan pelajaran terhadap peserta didik.









DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam Abu Hamid. 1418 H. “Bidayah al-Hidayah” diterjemah H. M. Fadlil Sa’id an-Nadwi dengan judul “Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi”. Surabaya: Al-Hidayah.
Hadziq, Muhammad Ishomuddin. 2007. Kumpulan Kitab karya Hadlratus Syaikh K.H Muhammad Hasyim Asy’ari. Jombang: Pondok Pesantren Tebuireng.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.








Contoh matriks proposal

Sedikit contoh Matriks proposal , semoga bermanfaat

Nama              : Abdur Rahman
Semester         : VII A
Mata Kuliah  : Metode Penelitian Pendidikan
STAI Al-Azhar Menganti


Matriks Proposal

No
Aspek
Keterangan
1
Judul
Penerapan pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada materi zakat mall di SMA Al-Azhar Menganti.
2
Identifikasi Masalah
Prestasi belajar siswa yang menurun
Motivasi belajar siswa yang rendah
Dalam materi zakat mall  hanya 20 % siswa yang tuntas sedangkan 80 % tidak tuntas
3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang saya angkat adalah :
1.      Bagaimanakah  peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)?
2.      Bagaimanakah  pengaruh metode pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)  terhadap motivasi belajar siswa?
4
Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang ingin dicapai :
1.      Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
2.      Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode metode pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
5
Hipotesis Tindakan
Hasil belajar siswa pada materi bab zakat mall meningkat dengan penerapan metode pembelajaran pendekatan Problem Based Learning.
Motivasi belajar siswa pada materi ini cenderung meningkat dengan penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning.
6
Populasi Penelitian
Kelas X Reg A SMA Al-Azhar dengan kasus Prestasi belajar siswa yang menurun
Motivasi belajar siswa yang rendah
Dalam materi zakat mall  hanya 20 % siswa yang tuntas sedangkan 80 % tidak tuntas
7
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Al-Azhar Menganti Kelas X Reg A
8
Subyek Penelitian dan Rencana Tindakan
Subyek penelitian ini adalah X Reg A SMA Al-Azhar dimana satu kelas terdiri dari 30 siswa, 15 laki-laki dan 15 perempuan
Rencana tindakan :
1.      Meneliti kelas
2.      Memberikan latihan-latihan
3.      Membuat lembaran observasi
4.      Membuat jadwal penelitian
9
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan metode tes yaitu tes hasil belajar
Pengumpulan data dengan metode no tes yaitu dengan observasi
10
Instrumen Pengumpulan Data
Lembar tes, wawancara, observasi, angket, dokumentasi dan presentase ketuntasan
11
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah berupa hasil belajar siswa dan analisis data hasil observasi siswa




Nama                             : Lisa ‘Adatud Daroini
NIRM/No Peserta          : 2013.4.057.0001.1.001281/2016.04.06.393
Semester/ Prodi              : VII-B/S-1 PAI
Nama Dosen                  : Bahruddin, M. Pd
 

MATRIK PROPOSAL PENELITIAN

No.
Uraian
Keterangan
1.
Judul Penelitian
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MI. Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik
2.
Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi Masalah :
a.       Siswa cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran.
b.      Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.
c.       Frekuensi pertemuan dan komunikasi antara siswa dengan orang tua siswa kurang.
d.      Siswa belum maksimal menjelaskan kembali konsep yang diterima disebabkan factor ekstern siswa.
e.       Hasil belajar siswa relative rendah dan belum maksimal.
Batasan Masalah:
a.       Penelitian ini hanya membahas pola asuh Orang Tua terhadap hasil belajar anak ketika disekolahan.
b.      Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik pada pelajaran Aqidah Akhlaq
3.
Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pola asuh orang tua siswa kelas V MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik ?
2.      Bagaimana hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik ?
3.      Adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik ?
4.      Jika ada, sejauh mana pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik ?
4
Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pola asuh orang tua siswa kelas V MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik
2.      Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik
3.      Untuk mengetahui Adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik
4.      Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq di MI Ihyaul Ulum Miru Kedamean Gresik
5.

Variabel dan Indikator Variabel
1.        Variabel bebas (Independen Variabel) yaitu merupakan variabel tunggal berdiri sendiri yang tidak dipengaruhi variabel lain. Dalam penulisan ini, penelitian menjadikan “Pengaruh Pola Asuh Orang tua” sebagai variabel bebas yang diberi notasi (symbol) X.
Adapun indikator dari variabelnya adalah sebagai berikut :
1. Pola asuh koersif
a. Cara orangtua mendisiplinkan anak tanpa memberi anak kebebasan.
b. Membuat keputusan untuk anak, dan anak tinggal melaksanakan keputusan orangtua.
c. Memberikan dorongan dari luar kepada anak.
2. Pola asuh permisif
a. Orangtua memberi anak kebebasan tanpa disiplin.
b. Mengambil alih tanggung jawab anak menjadi tanggung jawab orangtua.
c. Tidak memberikan dorongan kepada anak.
3. Pola asuh dialogis
a. Orangtua memberi anak kebebasan tetapi disiplin.
b. Memberi pilihan kepada anak untuk membuat keputusannya sendiri.
c. Menumbuhkan dorongan dari dalam pada diri anak
2.        Variabel terikat (Dependen Variabel) dalam penelitian ini adalah “Hasil Belajar” berfungsi sebagai variabel terikat yang diberi symbol Y. yang diprediksi munculnya karena adanya pengaruh kualitas jasa. Adapun indikator variabelnya adalah hasil rata-rata nilai rapot
6.
Hipotesis Penelitian
1.        Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan hasil belajar siswa
2.        Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan hasil belajar siswa
7.
Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Populasinya adalah siswa kelas V MI. Ihyaul Ulum Miru yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 16 siswa dan 14 siswi
8.
Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Dikatakan deskriptif kuantitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan hasil pengolahan data yang berupa angka.
10.
Teknik Pengumpulan Data
a.       Teknik Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan tehnik lain yaitu wawancara dan kuesioner
b.      Teknik Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atu variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notula rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
c.       Teknik Angket
Teknik angket Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan  dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
11.
Instrumen Pengumpulan Data
a.       Untuk teknik Observasi, Dalam hal ini peneliti banyak mempergunakan jenis observasi langsung, upaya peneliti digunakan untuk menggali data tentang : Keadaan guru dan anak dalam kelas, sarana dan prasarana, serta Pengaruh pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Di MI Ihyaul Ulum Miru kedamean Gresik
b.      Untuk teknik Dokumentasi, yang dimaksud disini adalah pengambilan data dengan cara mencatat bahan-bahan tertulis yang ada di MI MI Ihyaul Ulum Miru kedamean Gresik, terutama yang berkenaan dengan Sejarah berdirinya, Letak geografis, Struktur organisasi, Jumlah guru, Jumlah siswa, Sarana dan prasarana sekolah.
c.       Metode ini digunakan untuk mengetahui model pola asuh orang tua  siswa kelas V di MI Ihyaul Ulum. Angket memuat 10 pertanyaan dengan 3 alternatif pilihan jawaban yaitu ya, tidak, dan biasa saja
12.
Teknik Analisis Data
a.       Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
b.      Uji Reliabilitas
Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hal yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik
c.       Regresi Linier Sederhana
Analisis ini digunakan untuk bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel independent (Xi...xn) terhadap variabel dependent (Y)