Sesungguhnya Allah Mencela sikap
yang lemah, tetapi hendaklah engkau bersifat kais (cerdas bijaksana). Maka
apabila engkau menghadapi persoalan berat (yang dihadapi dengan kesunggguhan)
maka ucapkanlah hasbiyallah wani’mal wakil, cukuplah Allah bagiku sebaik-baik
pelingdung. (HR. Abu Daud)
Dalam hadist di atas sudah jelas bagi manusia, bahwa
hidup itu tidak lepas dari kehidupan yang beraneka ragam, ada yang tenang dalam
hidupnya dan ada pula yang bimbang serta ragu, yang semestinya orang harus tahu
bahwa pada dirinya ada goresan-goresan yang menyebabkan kurang percaya diri,
sehingga notabene tidak bisa menjadikan hidupnya bergairah. Ini kemungkinan ada
gangguan yang penyebabnya berupa bisikan-bisikan syaitan yang masuk pada tulang
rusuk hatinya.
Ada pepatah yang
mengatakan “Berani karena benar, takut karena salah”. Timbul pertanyaan, apakah
di zaman sekarang ini pepatah itu masih berlaku ?”
Pepatah di atas ialah perenungan dari berbagai macam masalah yang ada dalam berbagai aspek kehidupan lalu dirumuskan dalam kala yang singkat dan padat. Dengan demikian akan terlihatlah bahwa seorang yang berada di pihak yang benar akan berani bertindak, sebaliknya yang salah akan timbul rasa takut dalam jiwanya.
Demikianlah kita melihat Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat, berada di pihak yang benar, selalu berani menghadapi resiko dalam bentuk apapun juga. Begitu pula pahlawan-pahlawan bangsa dan rakyat Indonesia waktu dulu, tegak berjuang mempertahankan tanah air dengan keberanian yang luar biasa menentang imperialisme sang penjajah.
Tetapi Orang Quraisyi dijaman Nabi Muhammad SAW cukup berani menentang da’wah Rasul, apakah mereka berada di atas prinsip yang hak dan benar ? Di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay komplotan munafik cukup berani bermuka dua, berminyak air, apakah ia dalam kebenaran juga ?
Apakah Jengis Khan dengan pasukannya meruntuhkan Islam, merampas dan membunuhi kaum muslimin di Asia tengah dan di lanjutkan oleh Holato khan di Bagdad juga dengan sangat beraninya, apakah karena mereka benar ?
Demikian pula Salibiyah dari barat dengan segala kekuatan dan kedzhalimannya datang ketimur, apakah karena mereka benar ?. Hitler dalam perang dunia II, menggerakan perang dan membunuhi jutaan yahudi, dan ummat manusia dengan kejamnya, apakah dia berda diatas kebenaran ? Demikian pula Lenin Stelia di Sovyet, pada waktu itu menbunuh sekian puluh juta ummat islam dengan kejam, apakah itu karena benar ?
Dan contoh yang terakhir yaitu pembunuhan biadab terhadap orang-orang Iraq, begitu pula tentara Israel terhadap warga gaza di Palestina, apakah itu juga di atas kebenaran ?
Tidak dan sekali-tidak, mereka berani bukan karena benar, tetapi berani karena takut. Ketakutan pengaruhnya akan hilang, maka golongan prang-orang Quraisyi dan orang-orang munafik di zaman Rasulullah SAW berani berbuat dan bertindak dzalim. Begitu pula dengan keberaniannya Jengiz Khan-Holato Khan dengan pasukannya, mereka takut akan kekuatan islam. Demikian juga ketakutan Salibiyah akan kekuatan dan kemajuan islam membuat mereka berani menggerakan perang berabad-abad lamanya dari generasi kegenerasi. Begitu juga keberanian Hitler , lenin Stelia dari Sovyet, tentara AS terhadap Iraq, Israel terhadap Palestina dst.
Dengan ketakutan yang klimaks mendorong mereka untuk bertindak, maju, menggerakan segala kemampuan dan daya anarkisnya tanpa menghitung resiko jauh kedepan.
Adalah sangat menarik perhatian benar, bahwa dalam Al Qur’an tidak ditemukan sepatah kata pun yang menyebutkan keberanian, kata keberanian dalam bahasa arab di sebut “syaja’ah’ dan jara’ah”.
Tetapi Allah menggambarkan keberanian dalam bentuk dorongan terhadap kaum muslimin agar menjadi kuat, seperti dalam Firmannya “ Janganlah kamu bersikap lemah (dan jangan pula bersedih hati) sebenarnya kamu orang yang paling tinggi (keduduka) jika kamu orang-orang yang beriman”. (Al-Imran 139)
Dengan ayat ini tersirat dorongan berani untuk bangkit dan bergerak. Adapun perkataan takut sangat banyak disebutkan dalam Al Qur’an baik dengan kata “khouf” maupun “khasyyah”.
Takut (khouf) terhadap Allah tidaklah dimaksud seperti yang timbul dalam hati bagaikan ketakutan terhadap singa. Takut terhadap Allah yang di maksud adalah menahan diri dari maksiat dan mengutamakan ketaatan kepadaNya.
Di peringatkan juga bahwa “khasyyah” itu juga takut yang disertai ta’dzim (penghormatan tinggi) seperti disebutkan dalam Al Qur’an mengenai orang yang berwatak dan berkepribadian “Tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah SWT” (AT-Taubah :19).
Ada pengertian lain bahwa “khouf” adalah berupa perasaan yang tidak menyenangkan, tidak adanya bahaya yang hakiki pada keselamatan seseorang (umum)., menimbulkan gangguan syaraf dan psykologis yang menuju kearah penambahan emampuan manusia atau hewan untuk menghadapi fakta.
Jadi bisa dipahani bahwa rasa takut itu bisa membuata orang menjadi maju (berani) atau bahkan mundur ke belakang. Dan tidak heran kalau ada istilahnya berani karena takut dan ada pula saatnya berani karena benar.
Kalau ada orang yang takut terhadap adzab Allah di Dunia dan Akhirat maka dia harus berani mengalahkan getaran-getaran hawa nafsu amarah yang menyeretnya berbuat dosa dan berani membawa yang batil, menegakkan ketaatan dalam bentuk apa saja.
Begitupun kalau kita takut, masyarakat takut Negara akan jatuh dimata rakyat dan Dunia. Akan jadi apa Negara yang memiliki potensi besar, yang semestinya tidak boleh kalah dengan negeri jiran. Maka pihak yang berwajib (pemerintah) harus ada keberanian untuk menegakkan hukum memberantas korupsi, kedzaliman, kemaksiatan dst, yang menjadi kanker dalam pembangunan selama ini.
Memang kita harus mencontoh kata ahli tafsir Muhammad Abduh, melahirkan faedah harus ada kekokohan Iman kepada Allah SWT sebelum segala sesuatu dihadapi. Karena getaran-getaran batin yang menimbulkan rasa takut kepada Allah SWT diatas Bumi bersal dari pembantu-pembantu syaitan yang tidak akan lenyap dari lubuk hati melainkan dengan iman yang paling kuat dan benar.
Wallahu ‘lam bishawab
Pepatah di atas ialah perenungan dari berbagai macam masalah yang ada dalam berbagai aspek kehidupan lalu dirumuskan dalam kala yang singkat dan padat. Dengan demikian akan terlihatlah bahwa seorang yang berada di pihak yang benar akan berani bertindak, sebaliknya yang salah akan timbul rasa takut dalam jiwanya.
Demikianlah kita melihat Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat, berada di pihak yang benar, selalu berani menghadapi resiko dalam bentuk apapun juga. Begitu pula pahlawan-pahlawan bangsa dan rakyat Indonesia waktu dulu, tegak berjuang mempertahankan tanah air dengan keberanian yang luar biasa menentang imperialisme sang penjajah.
Tetapi Orang Quraisyi dijaman Nabi Muhammad SAW cukup berani menentang da’wah Rasul, apakah mereka berada di atas prinsip yang hak dan benar ? Di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay komplotan munafik cukup berani bermuka dua, berminyak air, apakah ia dalam kebenaran juga ?
Apakah Jengis Khan dengan pasukannya meruntuhkan Islam, merampas dan membunuhi kaum muslimin di Asia tengah dan di lanjutkan oleh Holato khan di Bagdad juga dengan sangat beraninya, apakah karena mereka benar ?
Demikian pula Salibiyah dari barat dengan segala kekuatan dan kedzhalimannya datang ketimur, apakah karena mereka benar ?. Hitler dalam perang dunia II, menggerakan perang dan membunuhi jutaan yahudi, dan ummat manusia dengan kejamnya, apakah dia berda diatas kebenaran ? Demikian pula Lenin Stelia di Sovyet, pada waktu itu menbunuh sekian puluh juta ummat islam dengan kejam, apakah itu karena benar ?
Dan contoh yang terakhir yaitu pembunuhan biadab terhadap orang-orang Iraq, begitu pula tentara Israel terhadap warga gaza di Palestina, apakah itu juga di atas kebenaran ?
Tidak dan sekali-tidak, mereka berani bukan karena benar, tetapi berani karena takut. Ketakutan pengaruhnya akan hilang, maka golongan prang-orang Quraisyi dan orang-orang munafik di zaman Rasulullah SAW berani berbuat dan bertindak dzalim. Begitu pula dengan keberaniannya Jengiz Khan-Holato Khan dengan pasukannya, mereka takut akan kekuatan islam. Demikian juga ketakutan Salibiyah akan kekuatan dan kemajuan islam membuat mereka berani menggerakan perang berabad-abad lamanya dari generasi kegenerasi. Begitu juga keberanian Hitler , lenin Stelia dari Sovyet, tentara AS terhadap Iraq, Israel terhadap Palestina dst.
Dengan ketakutan yang klimaks mendorong mereka untuk bertindak, maju, menggerakan segala kemampuan dan daya anarkisnya tanpa menghitung resiko jauh kedepan.
Adalah sangat menarik perhatian benar, bahwa dalam Al Qur’an tidak ditemukan sepatah kata pun yang menyebutkan keberanian, kata keberanian dalam bahasa arab di sebut “syaja’ah’ dan jara’ah”.
Tetapi Allah menggambarkan keberanian dalam bentuk dorongan terhadap kaum muslimin agar menjadi kuat, seperti dalam Firmannya “ Janganlah kamu bersikap lemah (dan jangan pula bersedih hati) sebenarnya kamu orang yang paling tinggi (keduduka) jika kamu orang-orang yang beriman”. (Al-Imran 139)
Dengan ayat ini tersirat dorongan berani untuk bangkit dan bergerak. Adapun perkataan takut sangat banyak disebutkan dalam Al Qur’an baik dengan kata “khouf” maupun “khasyyah”.
Takut (khouf) terhadap Allah tidaklah dimaksud seperti yang timbul dalam hati bagaikan ketakutan terhadap singa. Takut terhadap Allah yang di maksud adalah menahan diri dari maksiat dan mengutamakan ketaatan kepadaNya.
Di peringatkan juga bahwa “khasyyah” itu juga takut yang disertai ta’dzim (penghormatan tinggi) seperti disebutkan dalam Al Qur’an mengenai orang yang berwatak dan berkepribadian “Tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah SWT” (AT-Taubah :19).
Ada pengertian lain bahwa “khouf” adalah berupa perasaan yang tidak menyenangkan, tidak adanya bahaya yang hakiki pada keselamatan seseorang (umum)., menimbulkan gangguan syaraf dan psykologis yang menuju kearah penambahan emampuan manusia atau hewan untuk menghadapi fakta.
Jadi bisa dipahani bahwa rasa takut itu bisa membuata orang menjadi maju (berani) atau bahkan mundur ke belakang. Dan tidak heran kalau ada istilahnya berani karena takut dan ada pula saatnya berani karena benar.
Kalau ada orang yang takut terhadap adzab Allah di Dunia dan Akhirat maka dia harus berani mengalahkan getaran-getaran hawa nafsu amarah yang menyeretnya berbuat dosa dan berani membawa yang batil, menegakkan ketaatan dalam bentuk apa saja.
Begitupun kalau kita takut, masyarakat takut Negara akan jatuh dimata rakyat dan Dunia. Akan jadi apa Negara yang memiliki potensi besar, yang semestinya tidak boleh kalah dengan negeri jiran. Maka pihak yang berwajib (pemerintah) harus ada keberanian untuk menegakkan hukum memberantas korupsi, kedzaliman, kemaksiatan dst, yang menjadi kanker dalam pembangunan selama ini.
Memang kita harus mencontoh kata ahli tafsir Muhammad Abduh, melahirkan faedah harus ada kekokohan Iman kepada Allah SWT sebelum segala sesuatu dihadapi. Karena getaran-getaran batin yang menimbulkan rasa takut kepada Allah SWT diatas Bumi bersal dari pembantu-pembantu syaitan yang tidak akan lenyap dari lubuk hati melainkan dengan iman yang paling kuat dan benar.
Wallahu ‘lam bishawab
merkur futur 23c sebagai permainan slot online
BalasHapusmerkur futur 메리트 카지노 고객센터 23c sebagai kadangpintar permainan 제왕카지노 slot online, judi bola, casino dan poker.
Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
BalasHapusThis casino is located 춘천 출장안마 in the mountains of Western North 밀양 출장안마 Carolina. The casino has 김제 출장샵 more than 40 tables games including 성남 출장안마 blackjack, roulette, Location: 12.0 김해 출장안마 Rating: 8.1/10 · 847 votes